Nikmatnya Berhenti Kerja
Monday, April 30, 2012
1
comments
Betapa menyenangkan bisnis di rumah.. mau tahu alasannya :
1. Lupakan Kemacetan yang Membosankan
Pernah tinggal di kota besar, khususnya Jakarta dan sekitarnya ? Atau di kota besar lain seperti Bandung atau Surabaya ? Kemacetan merupakan ‘makanan sehari-hari’.
Pernah tinggal di kota besar, khususnya Jakarta dan sekitarnya ? Atau di kota besar lain seperti Bandung atau Surabaya ? Kemacetan merupakan ‘makanan sehari-hari’.
Hitung punya hitung, minimal
diperlukan sekitar lima jam untuk perjalanan pulang pergi kantor. Plus,
katakanlah Sembilan jam di kantor. Bahkan kadang-kadang lebih. Rata-rata kita menghabiskan waktu sekitar 15
jam sehari, termasuk persiapan untuk pergi ke kantor, seperti mandi dan
sarapan. Tersisa sekitar Sembilan jam untuk kegiatan lain di luar bekerja.
Apa yang bisa dilakukan dengan
Sembilan jam itu ? kalau kita mau disiplin berpola hidup sehat dengan waktu
tidur delapan jam sehari, berarti hanya tersisa satu jam untuk kegiatan lain.
Bayangkan, hanya satu jam untuk kegiatan seperti ngobrol dengan anggota
keluarga atau menonton TV. Atau malah tidak bisa apa-apa, karena badan biasanya
lelah sepulang dari kantor dengan perjalanan yang melelahkan plus menyebalkan.
Tanpa disadari, hal itu akan
menurunkan kualitas hidup (quality of life). Tidak ada lagi keseimbangan antara
kegiatan mencari nafkah (bekerja), kegiatan di rumah, dan kegiatan social
kemasyarakatan.
2. Lupakan Jam Kerja 8 to 5
Alangkah enaknya kalau kita bisa
mempunyai jam kerja fleksibel, tidak kaku harus pukul 8 pagi hingga 5 sore, apa
pun kondisinya. Bahkan, dalam beberapa kasus kita tidak keberatan bekerja lebih
lama (dengan jam kerja lebih panjang) asalkan diberi kesempatan untuk mengatur
jam kerja.
Dengan menjalani bisnis di rumah,
kita bisa mengatur kapan kita harus bekerja dan kapan harus menggunakan waktu
untuk kegiatan lain. Dijamin, secara fisik dan mental, kita akan merasa lebih
segar dan sehat. Kalau pun, misalnya, kita menggunakan banyak waktu untuk
bekerja, itu karena kemauan kita sendiri, bukan karena dipaksa oleh orang lain
(atasan atau perusahaan). Alangkah nikmatnya!
3. Lupakan Bos yang Menyebalkan
Atasan memang ada yang menyebalkan.
Namun, pastilah ada juga yang baik hati. Ada yang bilang, kita bisa saja
memilih pekerjaan, tetapi kita tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi
atasan atau bos kita. Tugas yang diembannya adalah bagaimana membuat karyawan
yang ada dalam kendalinya mampu bekerja untuk memenuhi target yang sudah
ditetapkan, syukur-syukur melebihinya. Jadi, criteria utama bagi seorang bos di
kantor yang akan menentukan konditenya adalah apakah bagian yang dipimpin mampu
berkontribusi terhadap keuntungan perusahaan atau tidak. Masalah anak buah senang
atau tidak, itu urusan nomor sekian.
Dengan membuka usaha sendiri, kita menjadi bos bagi diri sendiri. Tidak akan ada lagi yang membentak-bentak ketika kita melakukan kesalahan. Tidak ada lagi bos yang memarahi ketika kita terlambat datang, tetapi tidak mau disalahkan ketika dia sendiri terlambat datang. Baik buruk apa yang kita lakukan benar-benar tergantung pada niat dan semangat semangat kita sendiri. Mau ?
4. Lupakan Jenjang Promosi yang Melelahkan
Jelas bahwa kenaikan gaji yang
‘wajar’ sulit diharapkan. Kalau pun ada, kenaikannya kecil sekali, sehingga
musnah ditelan laju inflasi. Jika demikian, kenaikan gaji yang signifikan hanya
diharapkan dari promosi. Dengan posisi yang lebih tinggi (hasil proses
promosi), otomatis gaji akan lebih tinggi pula.
Sayangnya, lagi-lagi, kenyataan yang
terjadi tidak seindah bayangan banyak orang. Dalam banyak kasus, jalur promosi
tidak jelas, terutama tidak jelas kriteria untuk mendapatkan promosi.
Jadi, bagi kita yang sabar mengikuti
jalur promosi yang melelahkan dan sering kali tidak jelas, ya silakan saja.
Untuk yang tidak sabar, dan berkesempatan untuk pindah ke perusahaan lain guna
mendapatkan posisi dan kompensasi yang lebih baik, itu bagus juga.
Namun kalau kita tidak mau, atau
tidak mampu melakukan itu semua, membuka usaha sendiri di rumah merupakan
jawabannya. Dengan mengelola usaha sendiri, kita tidak perlu pusing memikirkan
jenjang promosi, karena memang kita tidak memerlukannya.
5. Lupakan Rapat-Rapat yang Menjemukan
Selain bos yang menyebalkan, hal yang
tidak bisa dihindari di dunia pekerjaan
pada umumnya adalah rapat. Sebenarnya kalau dikelola dengan baik, rapat
bukan kegiatan yang menjemukan.
Pertama, rapat mestinya dilakukan
hanya jika ada hal-hal yang memang perlu dibicara oleh banyak orang. Sayangnya,
dalam praktik tidak selalu demikian. Perlu tidaknya rapat sering ditentukan
secara sepihak oleh oleh pimpinan. Akibatnya, tidak jarang kita menghadiri
rapat untuk suatu masalah yang tidak jelas. Tidak jarang juga, yang namanya
rapat itu ternyata isinya tidak lebih dari ‘ceramah’ pimpinan kita. Padahal,
kalau hanya instruksi mestinya tidak perlu rapat. Cukup buat surat edaran atau
pengumuman.
Kedua, rapat mestinya hanya
mengundang orang-orang yang memang diperlukan buah pikirannya, sehingga semua
peserta rapat mestinya merasa perlu dan mendapat kesempatan untuk menyampaikan
pendapatnya. Dalam praktik, juga tidak selalu demikian. Kita sering kali di
undang atau tepatnya diperintahkan untuk menghadiri rapat hanya untuk dijadikan
‘kambing congek’.
Selain itu, ada perbedaan rapat
antara pimpinan dan pelaksana. Bagi pimpinan, rapat merupakan bagian dari
pekerjaan, sedangkan bagi staf pelaksana, rapat adalah titik awal untuk memulai
suatu pekerjaan.
6. Lupakan Rekan Kerja yang Menjengkelkan
Selain tidak bisa memilih bos,
sebagai karyawan biasa kita juga tidak bisa memilih rekan kerja. Penyebabnya
sederhana, karena bukan kita yang merekrut mereka, tetapi perusahaan atau
pimpinan kita lah yang merekrut mereka. Tentu saja tidak semua rekan kerja
menjengkelkan. Namun, biasanya selalu saja ada orang-orang yang mengurangi
kenyamanan kita dalam bekerja.
Bagaimana menghindar dari rekan-rekan
kerja yang menjengkelkan itu ? tentu saja, sejengkel apa pun, kita tidak bisa
memecat mereka. Kalau meributkan posisi mereka, atau mengusulkan agar mereka di
pecat dari kantor, salah-salah malah bisa kita yang kena PHK.
7. Lupakan Mengisi Pundi-Pundi yang Menguntungkan Kantor
Semua orang tahu, tujuan bekerja
adalah mencari uang. Namun, adakah diantara kita yang punya motivasi untuk
mencari uang untuk orang lain ? plus catatan bahwa “orang lain” yang dimaksud
itu bukan orang susah, melainkan orang yang rata-rata sudah kaya, bahkan jauh
lebih kaya dari kita ? sangat mungkin jawabannya adalah “tidak”.
Di mana pun adanya, perusahaan selalu
berusaha untuk menekan upah pekerja. Tujuannya jelas, supaya profit yang dia
nikmati semakin besar.
Jadi, ketika kita sedang bekerja
membanting tulang untuk memperoleh upah yang layak bagi diri dan keluarga, pada
saat yang sama sebenarnya kita sedang berjuang sekuat tenaga untuk mengisi
pundi-pundi keuntungan pemilik perusahaan. Semakin keras kita bekerja, semakin
banyak isi pundi-pundi itu.
Kalau kita tidak nyaman dengan
situasi tersebut, membuka usaha sendiri di rumah adalah salah satu solusinya.
Dengan usaha yang kita miliki sendiri. Tidak ada lagi cerita bekerja keras
untuk memperkaya orang lain.
8. Lupakan Kenaikan Gaji yang Lambat
Upah minimum itu nilainya berbeda di
setiap daerah, tetapi kalau di rata-rata, nilainya sekitar Rp. 1 Juta sebulan.
Bisa beli apa dengan uang sebesar itu ? kalau hidup di desa, mungkin jumlah itu
sudah lumayan. Namun, untuk kita yang hidup di kota, apalagi kota besar, sulit
membayangkan bisa hidup layak dengan upah tersebut.
Gaji kita memang mengalami kenaikan,
bahkan biasanya kenaikan itu terjadi secara teratur setiap tahun, tetapi
kecepatan kenaikan gaji itu sulit sekali mengejar kenaikan biaya hidup. Secara
rata-rata, inflasi di negara kita adalah sekitar 10% per tahun. Artinya, kita
akan menjadi lebih miskin setiap tahunnya, kalau kenaikan gaji kita kurang dari 10%.
Dengan membuka usaha sendiri, kita
bisa melupakan lambatnya kenaikan gaji. Juga negosiasi kenaikan gaji yang
melelahkan, padahal hasilnya tidak seberapa , sehingga sering membuat kita
‘makan hati’. Dengan mengelola usaha sendiri, kita yang menentukan ‘gaji’ kita
sendiri.
9. Lupakan Sempitnya Waktu Bersama Keluarga
Betapa sangat melelahkan. Delapan jam
sehari, 40 jam dalam seminggu. Belum lagi jika harus overtime. Ditambah waktu
jalan. Jangan sampai tua di kantor dan di jalan. Anak
semakin besar. Mereka juga butuh perhatian.
Bagaimana jika kelak kita terlalu
disibukkan oleh pekerjaan ? tidak punya waktu untuk keluarga. Pemarah karena
kelelahan. Atau, tidak sempat mendampingi si buah hati saat tumbuh ? bahkan,
tidak berada di sisinya di saat-saat istimewa ? sehingga, kicau riang anak kita
tidak terdengar lagi di telinga ? lalu hendakkah kita membiarkannya berkicau
pada pembantu rumah tangga yang selalu mendampinginya ? Ah, andai saja…
10. Lupakan Masa Lalu, Meroketlah Semau Kita
Jadi, tunggu apa lagi ? lupakan semua
yang jelek-jelek, lupakan semuanya.
Bila sudah ingin melangkah melakukan bisnis
di rumah, jangan ragu. Jangan bimbang. Jangan pula bertanya “nanti bagaimana ?”, tetapi bilang saja “bagaimana nanti”. Kunci hanya satu, yaitu smangat untuk
menentukan jalan kita sendiri.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Nikmatnya Berhenti Kerja
Ditulis oleh Qin's World
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://myaoyan.blogspot.com/2012/04/nikmatnya-berhenti-bekerja.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Qin's World
Rating Blog 5 dari 5
1 comments:
Setuju sekali ... memiliki usaha sendiri itu nikmat
Usaha Sendiri menjadikan kita memiliki pilihan dan harapan untuk lebih maju dari sekedar jadi pegawai. Jika ada yang ingin menjalankan bisnis sendiri dan bingung bagaimana menentukan BEP-nya, kebetulan saya membuat artikel menghitung BEP untuk bisnis kecil yang dibuat simple dan applicable. Bisa di lihat di http://finplanner-jauhari.blogspot.com/2012/01/bagaimana-menghitung-kelayakan-bisnis.html
salam
Post a Comment